Kupas Tuntas Paradigma
Hari ini saya nambah lagi satu daftar hal yang bikin saya sadar… kuliah komunikasi itu gak cuma soal ngomong lancar atau bikin konten Instagram. Ada yang namanya Paradigma Filsafat Komunikasi.
Awalnya saya mikir, “Paradigma? Apa itu?”. Tapi ternyata, setelah denger penjelasan dosen,
Jadi katanya… Paradigma itu cara kita ngeliat dunia.
Di komunikasi, ada 3 paradigma besar yang sering dipakai buat mikir dan menganalisis fenomena komunikasi.
1. Paradigma Positivisme
Paradigma ini percaya kalau realitas itu objektif, bisa diukur, bisa diteliti. Bahasa kasarnya, semuanya harus jelas, logis, dan bisa dibuktikan.
Contohnya kayak:
- Riset iklan minuman energi, liat warna apa yang paling ngefek ke konsumen.
- Analisis pengaruh media sosial ke perilaku orang.
2. Paradigma Interpretatif
Nah ini, cocok buat saya yang tiap hari mikir: “Tergantung siapa yang ngomong, tergantung gimana orang nangkep.” Paradigma ini percaya kalau komunikasi itu subjektif, makna dibangun dari pengalaman pribadi dan interaksi sosial.
Contohnya:
- Orang beda-beda nangkep berita politik di media sosial.
- Logo atau iklan bisa punya makna beda buat tiap kelompok masyarakat.
3. Paradigma Kritis
Paradigma kritis ngeliat komunikasi itu gak cuma soal ngomong atau ngirim pesan, tapi juga soal kekuasaan, ideologi, dan ketidakadilan.
Contohnya:
- Media dipakai buat ngebangun opini politik.
- Propaganda, hoaks, kapitalisme digital.
- Media yang ngontrol persepsi publik buat kepentingan elit.
Kesimpulan saya?
Jadi, buat saya, belajar filsafat komunikasi bukan soal jadi pinter teori, tapi soal gimana caranya saya gak gampang dibohongin, gak gampang baper, dan tetep mikir kritis di tengah banjir informasi.
Oke deh, cukup dulu curhatan saya soal paradigma. Besok kalo saya masih kuat, saya lanjut cerita hal-hal lain.
Komentar
Posting Komentar