Berkenalan Dengan Tokoh Filsuf Al-Farabi
Hai, semua kembali lagi, kali ini kita akan membahas tentang salah satu filsuf islam terhebat, ada yang tau? Ya, bener banget nih Al-Farabi
Abu Nasr Mummad Bin Muhammad Bin Lharkhan ibn Uzalagh al-Farabi, lahir di kota Wesij tahun 259H/872. Al-Farabi telah belajar logika di Baghdad, dimana Baghdad pada saat itu termasuk pewaris utama filsafat dan kedokteran di Alexandria. Pertemuan dan pergumulan pemikiran di Baghdad nanti menjadi konektor pemikiran Al-Farabi yang menyatukan filsafat islam dengan filsafat Yunani Neo-Platonis.
Al-Farabi merupakan filsuf yang produktif dalam melahirkan karya tulis, baik berupa buku maupun berupa tulisan essai pendek dan makalah. Beberapa karyanya yaitu, Aghrādh mã Ba'da al-Thābi'ah, Al-Jam'u Baina Ra'yai al-Hākimain, karya ini berisikan tentang kemampuan al-Farabi mengulas dan mempertemukan pemikiran filsafat Plato dan Aristoteles
Jika ditinjau dari Ilmu Pengetahuan, karya-karya al- Farabi dapat ditinjau menjadi 6 bagian.
1. Logika
2. Ilmu-ilmu Matematika
3. Ilmu Alam
4. Teologi
5. Ilmu Politik dan kenegaraan
6. Bunga rampai (Kutub Munawwa'ah).
Al-Farabi dijuluki sebagai guru kedua, karena ia sangat menonjol dalam ilmu logika yang merupakan pondasi dari semua cabang ilmu, terutama Ilmu Filsafat dan logika yang dibangun oleh Aristoteles.
Al-Farabi filsuf islam pertama yang mengusahakan keharmonisan antara agama dan filsafat, ia berhasil mengharmoniskan pemikiran-pemikiran Aristoteles dan Neo-Platonis. Kepiawaiannya menyusun rambu-rambu pengetahuan filsafat sehingga mudah dikaji orang orang sesudahnya, ia tuangkan dalam kitab Ihshā'ul ‘Ulūm. Kitab tersebut berisi lima bab dengan kategori berbeda yaitu ilmu lisan yang membahas lafadz dan pedoman pengambilan dalil bayaninya, ilmu mantiq atau silogisme, ilmu pendidikan, ilmu jiwa dan teologi serta ilmu fiqh dan ilmu kalam, Dalam kitab tersebut Sebagaimana Aristoteles yang membuat rumusan filsafat dan bisa dimengerti dengan sistematis orang orang setelahnya.
Pandangan filsafat al-Farabi yaitu dengan mengaitkan konsep ketuhanan dengan filsafat Aristoteles dan Neo-Platonisme. Lalu dikenal konsep tentang Wajib al-Wujud dan Mukmin al-Wujud yang berarti wujud Tuhan dan wujud makhluknya.
Dengan filsafat emanasi al-Farabi, mecoba menjelaskan Tuhan bersifat Maha Esa, tidak berubah, jauh dari materi, Maha Sempurna dan tidak berhajat pada apapun. Untuk praktek pendidikan yang dapat diambil dari konsep emanasi ini, bahwa keyakinan yang sudah ada perlu dikaji ulang dan diteliti kembali untuk mendapatkan pengetahuan yang benar tentang sesuatu. Kemudian pemikir Islam ke depan tidak selalu dalam kondisi menjaga kejumudan, ketaqlidan, dan atau stagnasi kreatifitas dan inovasi berfikir. Lebih khusus penerapan dalam pendidikan di sekolah atau pembelajaran, subyek didik harus terus belajar dengan aktif untuk mendapatkan ilmu pengatahuan yang baru.
Hierarki wujud menurut al-Farabi adalah sebagai berikut:
1. Tuhan yang merupakan sebab keberadaan segenap wujud lainnya.
2. Para Malaikat yang merupakan wujud yang sama sekali immaterial.
3. Benda-benda langit atau benda-benda angkasa (celestial).
4. Benda-benda bumi (teresterial).
Sumber :
Wiyono, M. (2016). Pemikiran Filsafat Al-Farabi. Substantia: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 18(1), 67-80.
Dzulhadi, Q. N. (2014). Al-Farabi dan Filsafat Kenabian. Kalimah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 12(1), 123-136.
Majid, A. (2019). Filsafat Al-Farabi Dalam Praktek Pendidikan Islam. Manarul Qur'an: Jurnal Ilmiah Studi Islam, 19(1), 1-13.
Komentar
Posting Komentar